Puisi-puisi Emha Ainun Najib


ANTARA TIGA KOTA
Oleh : Emha Ainun Najib

di yogya aku lelap tertidur angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih tetap hidup sambil mengantuk
kemanakah harus kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya tak tidur seperti kerbau tua tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku yang hilang kembangnya jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka agar seimbang antara tidur dan jaga ?





BEGITU ENGKAU BERSUJUD
Oleh : Emha Ainun Najib

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat  Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid





DARI BENTANGAN LANGIT
Oleh : Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang Menyapu lautan
Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan ! Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.






DITANYAKAN KEPADANYA
oleh : Emha Ainun Najib

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya Agar tak berdusta ia




DOA SEHELAI DAUN KERING
oleh : Emha Ainun Najib

Janganku suaraku, ya 'Aziz
Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut


Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir
Wahai Jabbar Mutakabbir
Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu



IKRAR
Oleh : Emha Ainun Najib

Di dalam sinar-Mu
Segala soal dan wajah dunia Tak menyebabkan apa-apa
Aku sendirilah yang menggerakkan laku Atas nama-Mu
Kuambil siakp, total dan tuntas maka getaranku
Adalah getaran-Mu lenyap segala dimensi
baik dan buruk, kuat dan lemah Keutuhan yang ada
Terpelihara dalam pasrah dan setia
Menangis dalam tertawa Bersedih dalam gembira
Atau sebaliknya tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu
Mulus dalam nilai satu
Kesadaran yang lebih tinggi Mengatasi pikiran dan emosi menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga tetapi di dalam kamu kosong
Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu Kau genggam aku
Jangan sentuh apapun Yang menyebabkan noda
Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya Berangkat ulang jengkal pertama




KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
Oleh : Emha Ainun Najib

Ketika engkau bersembahyang 
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar 
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah dan surah 
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah 
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi 
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis 
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai  Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri 
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira 
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya 
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia 
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah 
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika 
Hatimu sabar mulia,
kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala,
seluas 'arasy sembilan puluh sembilan




KITA MASUKI PASAR RIBA
Oleh : Emha Ainun Najib

Kita pasar riba 
Medan perang keserakahan
Seperti ikan dalam air tenggelam
Tak bisa ambil jarak 
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta
Bernapas air 
Makan minum air
Darah riba mengalir
Kita masuki pasar riba 
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan
Telanjur jadi uang recehan 
Dari putaran riba politik dan ekonomi   
Sistem yang membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?   
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama
Tegantung kepentingannya apa   
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa




KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG
Oleh : Emha Ainun Naijb

Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari
mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya, kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk, kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,
kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.





MEMECAH MENGUTUHKAN
Oleh : Emha Ainun Najib

Kerja dan fungsi memecah manusia 
Sujud sembahyang mengutuhkannya 
Ego dan nafsu menumpas kehidupan
Oleh cinta nyawa dikembalikan
Lengan tanganmu tanggal sebelah 
Karena siang hari politik yang gerah
Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu 
Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu
Suami dan istri tak saling mengabdi 
Tak mengalahkan atau memenangi
Keduanya adalah sahabat bergandengan tangan  Bersama-sama mengarungi jejeak Tuhan
Kalau berpcu mempersaingkan hari esok 
Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala 
Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga
Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia




SEPENGGAL PUISI CAK NUN
Oleh : Emha Ainun Najib

sayang sayang kita tak tau kemana pergi tak sanggup
kita dengarkan suara yang sejati
langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri 
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka emas emasnya di buang buang 
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan 
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami 
dan masih akan membusuk lagi 
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini




SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA
Oleh : Emha Ainun Najib

Satu  
Masjid itu dua macamnya 
Satu ruh, lainnya badan 
Satu di atas tanah berdiri 
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa 
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu   
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua  
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam 
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana 
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita 
Di dalam jiwa, di pusat sukma 
Membisikkannama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata 
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa 
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna


 Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan 
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban  
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa 
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya 
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi 
Pisau tak sanggup menikamnya 
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima  
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya 
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya 
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya 
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh 
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya 
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam  
Masjid itu dua macamnya 
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam 
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita 
Melampaui ujung waktu nun di sana


 Terbang melintasi seribu alam seribu semesta 
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh  
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama 
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua 
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan 
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada 
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat 
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan  
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya 
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah 
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah 
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri 
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga 
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah 
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan  
Seribu masjid dibangun 
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun 
Tagihan masa depan kita cicilkan
  Seribu orang mendirikan satu masjid badan 
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah 
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan 
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah 
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah 
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!




TAHAJJUD CINTAKU
Oleh : Emha Ainun Najib

Maha Anggun Tuhan 
yang menciptakan hanya kebaikan 
Maha Agung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya 
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita 
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Kemana pun memandang
yang tampak ialah kebenaran 
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
 Maha Anggun Tuhan
yang menciptakan hanya kebaikan 
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta 
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya


Cara Mendownload

Bagi Anda yang mempunyai akun 4shared, maka silahkan login gunakan akun Anda sendiri. Apabila tidak mempunyai caranya : Klik (klik di sini), klik (unduh), klik (login), ketik : alghazaliemail@yahoo.co.id, password : Bismillah, (Klik login), Klik (unduh gratis), tunggu 20 detik, Klik unduh file, Pilih Save file, Klik Ok. . Selamat mencoba.